Total Tayangan Halaman

Rabu, 29 Mei 2019

MISTERI TEMPAT KOS NO.13

Pada hari itu aku ditugaskan oleh direktur perusahaanku ke luar kota untuk menyelesaikan beberapa tugas di cabang baru perusahaan kami. Agar irit, aku tinggal di sebuah kos yang dekat dengan kantor cabang perusahaanku bekerja. Sesampai di sana tempat kos itu banyak dipenuhi dengan debu.

"Duh banyak sekali debunya, mungkin kos ini sudah lama tidak ditempati." kataku sambil batuk-batuk.

Kemudian, aku mulai membersihkan debu-debunya. Setelah selesai membersihkan tempat kosku, aku pergi membersihkan diriku dan berpakaian. Kemudian aku menyalakan kipas angin dan lalu duduk di atas tempat tidur.

Beberapa saat kemudian, aku mulai merasa mengantuk. Kemudian aku mulai mencoba untuk tidur. Saat sedang tidur, aku merasa seperti ada yang menarik-narik selimutku.

"Siapa yang menarik-narik selimutku ya?"

Kemudian aku bangun dari tidur dan segera memeriksa ke bawah kolong tempat tidur. Tapi tidak ku temukan siapa pun.

"Tidak ada siapa pun, tapi tadi aku rasa seperti ada yang menarik-narik selimutku."

"Huh tenang, itu bukan apa-apa."

Dan aku kembali memejamkan mataku dan mencoba untuk tidur. Pada keesokan harinya, aku mulai bersiap-siap untuk pergi ke kantor. Sesampai di kantor, aku mulai mengerjakan tugasku.

Setelah beberapa saat sudah jam pulang kerja, pekerjaanku masih belum selesai. Aku berpikir pekerjaanku masih bisa dikerjakan di rumah. Lalu aku segera pulang ke tempat kosku.

Setelah makan malam , aku mulai mengerjakan tugas kantorku yang belum selesai. Hampir tengah malam tugas kantorku masih belum selesai, leherku pegal dan aku mulai  mengantuk. Aku menguap beberapa kali.

"Sampai kapan bisa kelar pekerjaan ini".

"Aku sudah mulai mengantuk."

Kemudian aku teringat dengan perkataan temanku, ia bilang jika mengantuk maka minumlah secangkir kopi. Aku dengan segera bangun dari tempat dudukku dan pergi ke dapur untuk membuat kopi.  Saat aku sedang mengaduk kopi, aku mendengar seperti ada suara orang yang menangis di depan kosku.

“Siapa sih nangis malam-malam?”

Bulu kudukku mulai bangun, dan aku mencoba mengintip di  jendela. Tapi tidak aku temukan siapa pun. Perasaanku semakin tidak enak.

Lalu aku cepat-cepat menuju ke depan laptopku dan mulai mengerjakan tugasku. Setelah beberapa saat, akhirnya tugasku selesai juga. Kemudian aku mengecek  hp ternyata sudah jam 2 subuh.

"Gawat, sudah jam 2 subuh, aku harus cepat tidur.”

Kemudian aku dengan segera pergi ke kasur empukku dan mulai mencoba untuk tidur. Tapi masih tidak bisa tidur, karena tadi aku habis minum kopi.

"Aduh, aku tidak bisa tidur, gara-gara tadi aku minum secangkir kopi."

Kemudian, aku membuka lagu dan berharap setelah mendengarkan lagu yang tenang, aku bisa segera tertidur. Beberapa saat kemudian, aku sangat terkejut, laguku yang sedang di putar tadi kemudian berubah menjadi suara tangisan.

Lalu karena terkejut, aku langsung melempar hpku. Kemudian, aku segera mencoba untuk tidur dan akhirnya bisa tidur.

Pada keesokan harinya , aku bangun kesiangan. Lalu aku cepat-cepat mandi dan berpakaian, tanpa sarapan aku langsung berangkat kerja. Hari ini aku kerja lembur, karena tadi aku datang telat ke kantor, sehingga banyak tugas yang menumpuk.

Setelah semua pekerjaanku selesai, aku berjalan pulang ke tempat kosku. Sesampai di kos, aku membersihkan diriku dan kemudian makan. Lalu pergi ke tempat tidur dan tidur.

Menjelang tengah malam, aku terbangun karena seperti mendengar suara tangisan.

“Hik  ... hik ... hik .... “.

"Suara siapa sih malam-malam menangis, mengganggu tidurku saja."

Aku mulai terganggu oleh suara itu dan aku pun segera beranjak dari tempat tidurku.

"Kedengarannya suara itu seperti berasal dari ruang tamu, aku akan segera memeriksanya.”

Kemudian, aku mulai berjalan dengan pelan-pelan ke ruang tamuku untuk memeriksa ada siapa di sana. Dan aku melihat ada sosok wanita bergaun putih, berambut panjang terurai tengah tertunduk kaku di pojok sofaku. Kemudian aku mulai memberanikan diri untuk bertanya.

"Kenapa Mbak? Mbak tidak kenapa-napa kan? Ada yang bisa aku bantu Mbak?" tanyaku sedikit gugup.

Dia tidak menjawabku, malah suara tangisannya semakin menjadi-jadi. Tak lama kemudian, mulai terlihat tetes demi tetes darah pun jatuh dari tubuhnya.

Lalu dia mengangkat kepalanya dan menatapku dengan mata melotot. Dengan wajah pucat dan mata mengalir air mata darah. Aku sangat terkejut dan kemudian aku menjerit histeris.

Detak jantungku semakin tak terkendalikan dan terus berdetak dengan kencangnya. Aku dengan cepat berlari ke kamar tidurku dan membungkus diriku dengan selimut. Kemudian aku mencoba untuk menenangkan diriku.

"Tenang gracia, tenang ... tenang ...."

Setelah aku mulai tenang dan detak jantungku mulai kembali normal. Kemudian kulirik jam dinding berbentuk segi empat berwarna merah muda itu.

"Huft ... mana sudah jam dua belas empat puluh lima lagi." ucapku pelan.

Kemudian, aku mencoba untuk memejamkan mata dan mencoba untuk tidur. Setelah sekian lamanya memejamkan mata, akhirnya aku bisa tertidur juga.

Pada keesokan harinya, setelah sarapan, aku berangkat kerja seperti biasanya. Pada waktu jam makan siang, aku mengajak rekan kerjaku pergi ke restoran untuk makan siang bersama. Setelah makan, kami berbincang-bincang, saat itu aku menceritakan sedikit tentang kejadian yang terjadi ketika menempati kos itu.

"Ron, kemarin malam aku mendengar suara tangisan dan minta tolong di kos yang baru aku tempati, kos no.13.”

"Kos no.13 memang mengerikan. Dulu ada seorang mahasiswi yang bunuh diri di sana. Karena tidak sanggup dengan penyakit kanker yang dideritanya."

"Tahu dari mana kamu Ron."

"Aku tahu dari temanku yang pernah tinggal di dekat kos itu. Temanku bilang, dia memotong sendiri pergelangan tangannya."

"Eh Ron, jangan takut-takutin dong, aku kan jadi tidak berani pulang ke kos nanti."
"Aku ndak takut-takutin kok, itu memang kenyataannya."

Karena merasa bingung, aku pun bertanya kepada temanku lagi.

"Emang ada masalah apa sampai dia berani bunuh diri."

"Katanya sih, karena stres. Biasalah mahasiswi, pusing membuat skripsi."

Setelah percakapan itu, aku mulai merinding dan takut untuk pulang ke kos itu. Setelah jam makan siang selesai, kami kembali bekerja.

Sesudah pekerjaanku selesai, aku pun pulang dengan jalan kaki ke kosku. Saat itu di jalanan sedang sepi, ditemani angin dingin yang menghampiriku.

Kemudian aku merasa seperti ada yang sedang mengikutiku dari belakang. Aku mulai merinding dan perasaanku tidak enak.

Tak lama kemudian, aku mendengar suara langkah kaki yang mengikutiku dari belakang. Suara langkah kaki itu semakin lama semakin mendekat di belakangku dan terdengar semakin jelas.

“Tap ... tap ... tap ...”

Aku sangat penasaran dengan siapa yang sedang berjalan di belakangku. Kemudian aku mencoba memberanikan diri untuk menoleh ke belakang.

Aku sangat terkejut karena aku melihat bayangan hitam dengan sekejap mata langsung menghilang begitu saja. Detak jantungku semakin tak terkendali dan berdetak begitu cepat. Dengan segera aku berlari sekencang-kencangnya pulang ke kosku.

Sesampai di kos, aku segera membersihkan diri. Saat sedang membersihkan diri, di dinding kamar mandi bertulis dengan darah tertulis dia pembohong, pembunuh, dia pantas mati.
Aku segera berlari ke kamar tidur dan cepat berpakaian.

Kemudian, aku dengan  cepat melompat ke atas tempat tidur, dan memejamkan mata. Di dalam benakku bertanya-tanya, apa maksud hantu itu mengatakan pembohong, pembunuh.  Aku semakin penasaran dengan hal itu.

Tak lama kemudian, aku mendengar suara tangisan, suara garukan dinding dan tiba-tiba lampu kamarku berkedip-kedip. Aku sangat ketakutan, suasana semakin menyeramkan, detak jantungku tidak terkendalikan.

Aku segera membungkus tubuhku dengan selimut dan mencoba untuk tidur. Akhirnya bisa tertidur juga.

Pada keesokan harinya, aku berangkat kerja seperti biasanya. Hari ini pekerjaanku sangat banyak.

"Huh ... rasanya tidak mungkin bisa selesai sekarang. Kalau tidak selesai, nanti bisa dikerjakan di rumah"

Malam pun tiba, aku segera pulang ke tempat kosku. Kemudian mandi dan makan malam. Setelah itu, aku mulai melanjutkan tugas kantorku.

Di malam yang dingin sedang hujan lebat terdengar suara gemuruh.

"Eh ... hujan ..."

"Aku lupa menutup jendela kamarku."

Kemudian aku berjalan menutup jendela yang ada di kamar tidurku. Aku sangat terkejut, saat aku hendak menutup jendela, aku melihat ada tangan yang mengetuk-mengetuk di jendela.

"Astaga ...."

Lalu aku dengan segera menutup jendela itu, dan jantungku berdetak kencang. Kemudian aku menenangkan diriku dan  aku cepat-cepat melanjutkan tugas kantorku.

"Akhirnya selesai juga, betapa senangnya hatiku."

Kemudian aku segera tidur.

Seorang wanita yang memakai gaun penikahan berwarna putih, di bunuh secara sadis oleh seorang pria. Pada hari itu mahasiswi itu akan menikah dengan pria lain, dan dia tidak rela wanita yang dicintainya menikah dengan pria lain. Dia berkata jika aku tidak bisa memilikimu, pria lain juga tidak bisa memilikimu. Dia lalu memotong pergelangan tangan wanita itu, kemudian membenturkan kepalanya ke tembok, dan segera dia berlari keluar dari kos itu.

Aku terkejut dan terbangun dari tidurku, ternyata itu adalah mimpi.

"Kok mimpinya kayak gini ya?"

"Pria yang dimimpi  tadi seperti Roni, rekan kerjaku."

Aku mulai curiga dengan rekan kerjaku, mungkin itu adalah petunjuk dari hantu itu, agar pelaku pembunuhannya segera di penjarakan. Agar dia mendapatkan keadilan dan arwahnya bisa tenang di alam baka. Dia menginginkan dunia tahu bahwa dia tidak mengakhiri hidupnya sendiri, melainkan dia di bunuh.

Pada keesokan harinya, sebelum bekerja, aku segera ke rumah rekan kerjaku, dan bertanya kepadanya, apakah dia yang membunuh mahasiswi yang tinggal di kos no.13.

“Ron, tolong jawab dengan jujur. Apakah kamu yang membunuh mahasiswi yang tinggal di kos no.13 itu yang sekarang tempatnya aku tempati?”

“Ha ... ha ... ha ... bercanda kamu ya? Mana mungkin aku yang bunuh mahasiswi itu.”

“Tolong jawab dengan jujur, apakah kamu yang membunuh mahasiswi itu?” tanyaku dengan suara agak membentak.

“Aku tidak membunuhnya, jangan asal menuduh orang dong.”

Tak lama kemudian hantu wanita itu mendadak muncul, dan melotot pada pria itu, serta mencekik lehernya.

“Lepaskan aku ... lepaskan .... “

“Tidak akan aku lepaskan.” bentak hantu itu.

"Lepaskan aku ...."

"Dasar pembunuh ... tidak akan ku biarkan kau hidup, akan ku bunuh kau."

"Hi ... hi ... hi ... hi ..." tawa hantu itu.

Lalu Roni mencoba melepaskan cekikannya dan segera berlari keluar dari rumahnya. Di luar jalan pada saat itu ada sebuah mobil yang melaju dengan kencang, sehingga dia tertabrak mobil dan meninggal dunia.

Dan hantu wanita itu tersenyum padaku dan segera arwahnya pun menghilang. Semua misteri pun berakhir.

                                *** TAMAT ***